Thursday, September 10, 2015

Sekedar Kata Pengantar Tentang Bahasa Latin

Ada bbrp temen yang menyangka aku pinter bahasa Latin.
Mereka tidak sepenuhnya salah, tapi tidak terlalu benar juga. Sebuah bahasa(terutama yg bukan bahasa ibu) jika tak digunakan, dipelajari dalam waktu yang lama, maka bahasa itu akan terlupakan.
Dan hal ini sangat berlaku pada bahasa latin.
Aku sempat mempelajari bahasa latin waktu di seminari. Kendati hanya setahun, namun cukup utk membuatku paham bahwa bahasa latin bukanlah bahasa yang mudah untuk dipelajari.
Yep... Bahasa latin bukanlah bahasa yang mudah dipelajari. Ini serius. Bukan bahasa yang mudah dipelajari. Gak percaya?
Okeh. Sebagai bahan dasar pertama untuk belajar bahasa latin adalah, kita harus dapat secara persis menentukan jabatan kata benda dalam sebuah kalimat.
Nah dalam bahasa latin, ada enam jabatan kata benda dalam kalimat yaitu:
Nominativus
Genitivus
Dativus
Accusativus
Vocativus
Ablativus

Apa itu? Utk memudahkan, mari kita membuat contoh dalam bahasa Indonesia.
"Ratu mencintai putra petani."
Ratu = Subyek, Nominativus
Mencintai = Predikat
Putra = Objek langsung, Accusativus
Petani = Pemilik (dalam hal ini si putra), Genetivus

Dalam kalimat di atas, kita sudah menemukan 3 jabatan kata dalam satu kalimat yaitu Nominativus, Genetivus dan Accusativus.

Kita coba kalimat yang lain.
"Anak perempuan memberi mawar kepada ratu."
Anak perempuan = Nominativus
Memberi = Predikat
Mawar = Accusativus
Ratu = Keterangan, KEPADANYA objek diberikan atau dikenakan, Dativus

Okeh. Sampai saat ini kita sudah menemukan 4 jabatan kata, yaitu Nominativus, Genitivus, Dativus, Accusativus.

Kita lanjut lagi?
Ayukkk....
"Anak laki-laki mengolah tanah dengan cangkul."
Anak laki-laki = Nominativus
Mengolah = Predikat
Tanah = Accusativus
Cangkul = Alat yang digunakan utk melakukan predikat, Ablativus

Sampai saat ini, kita sudah menemukan 5 jabatan kata; Nominativus, Genitivus, Dativus, Accusativus, Ablativus.

Kita lanjut dengan contoh kalimat baru.
"Wahai Ratu, cintailah rakyatmu."
Ratu = Kepadanya seruan diberikan, Vocativus.

Alright!
Sampai saat ini kita udah menemukan semu jabatan kata dalam kalimat latin, Nominativus, Genitivus, Dativus, Accusativus, Vocativus, Ablativus.

Tips:
Dalam bahasa latin ada beberapa hal yang perlu diingat tentang cara membaca.

1. "g" dibaca "j" kecuali dia diikuti oleh huruf "a" dan bila diikuti oleh huruf konsonan
contoh: genus dibaca jenus, regis dibaca rejis, gaius dibaca gaius, agricola dibaca agricola.
2. "g" yang diikuti oleh  "n" dibaca seperti "ny"
contoh: magnum dibaca manyum, agnus dibaca anyus.
3. "c" dibaca dengan "c" yang kental, kecuali diikuti oleh huruf "a"
contoh: carnivora dibaca karnivora, feces dibaca feces. ingat, "c" yang kental, bukan "c" yang mengarah ke "s"
4. Gabungan a dan e, atau "ae" dibaca dengan "e"
contoh: caeli dibaca celi
5. Gabungan "oe" juga dibaca dengan "e"
contoh: coeli dibaca celi
6. Huruf "t" yang diikuti oleh huruf "i" dibaca dengan "tsi"
contoh: gratia dibaca gratsia

========================================================================
DECLINATIO
Nah sekarang mari kita coba melanjutkan tentang jabatan kata tadi.
Dalam kalimat latin, kata benda akan mengalami perubahan bentuk sesuai dengan JABATAN KATAnya.
So, Mawar sebagai nominativus akan berbeda dengan Mawar sebagai Genitivus atau Accusativus.
Nah... Perubahan ini tergantung pada declinatio kata benda tersebut. Apa yah artinya declinatio? Declinatio mungkin adalah pembagian perubahan kata benda. Apa yang mempengaruhi declinatio ini? Salah satu yang mempengaruhi declinatio ini adalah jenis kelamin. Bagi kamu yang udah akrab dengan bahasa Jerman, Italy, Perancis pasti udah ngerti ini. Tapi akan aku jelaskan.
Jadi begini, orang Latin dulu meyakini bahwa setiap benda itu mempunyai jenis kelamin. Jadi ada 3 jenis kelamin kata benda dalam bahasa latin; Feminum (cewek), Masculinum (cowok), Neutrum (netral, mungkin bencong kali yakk).
Ciri-ciri kata benda feminum biasanya berakhiran "a". Ingat, biasanya. Selalu ada pengecualian.
Ciri-ciri kata benda masculinum biasanya berakhiran "us".
Ciri-ciri kata benda neutrum biasanya berakhiran "um"

Ada 4 declinatio dalam bahasa latin.
DECLINATIO 1.
Ini digunakan untuk kata benda yang yang feminum. Berikut ini adalah perubahan kata benda sesuai jabatannya dalam kalimat dalam aturan declinatio 1.

Rosa = Mawar

Nominativus, rosa
Genitivus, rosae
Dativus, rosae
Accusativus, rosam
Vocativus, rosa
Ablativus, rosa

Agricola = Petani
Nominativus, agricola
Genitivus, agricolae
Dativus, agricolae
Accusativus, agricolam
Vocativus, agricola
Ablativus, agricola

In nomine patris et filii at spiritus sancti = Dalam nama bapa dan putera dan roh kudus.
Gloria patri at filio at spritui sancto = Kemuliaan kepada bapa dan putera dan roh kudus.

Perhatikan, bahwa dalam dua kalimat yang berbeda, kata yang sama mengalami bentuk yang berbeda.
Mengapa?

Kita ambil contoh kalimat dalam kalimat dengan declinatio 1.
Regina agricolam amat.
= Ratu mencintai petani.

Agricola rosam reginae dat.
= Petani memberikan mawar kepada ratu.

Agricola puellam amat.
= Petani mencintai gadis.

Puella ambulat.
= Gadis berjalan

Agricola rosam puellae dat.
= Petani memberikan mawar kepada gadis.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++











Friday, September 4, 2015

Cukup Sudah!!

Cukup sudah import-importnya.
Sekedar info, jika Anda peduli dan memperhatikan, ada beberapa blog-ku yang judulnya mengandung prefix IMPORT. Itu bukan karena aku udah menjadi importir pakaian bekas atau importir anak dibawah umur.
Itu artinya aku import dari blog sebelah.
Tapi kayaknya cukup dech.
Rumah baru, perabot baru, tetangga baru...

IMPORT - Mau Jadi Apa

Aku ingat, beberapa belas tahun yang lalu, tepatnya ketika aku berumur 24thn, salah seorang bapak bertanya padaku, “Dik, kamu mau jadi apa kelak?”
**Upss tunggu dulu. Beberapa belas tahun yang lalu? Anying!!! Salah ketik!!! Seharusnya kemarin. Ralat pemirsa**
Aku menjawab, “Entah, pak”
Lalu dia berkomentar, “Ketika aku seusiamu, aku sudah tau aku akan jadi apa. Ketika aku seusiamu, aku sudah mulai menapaki karir dan kesuksesanku.”
Benar juga sich. Pada saat pembicaraan kami terjadi, dia adalah seorang pejabat teras di sebuah kantor pemerintahan, seorang bapak dengan seorang istri yang sah, 3 orang anak yang manis. Dia memiliki beberapa mobil, dan beberapa rumah. Ketiga anaknya bersekolah di sekolah yang bonafide di kota ini. Istrinya juga adalah seorang petinggi di sebuah bank ternama di kota ini.
Sekilas, upss… sorry, bukan hanya sekilas, melainkan berkilas-kilas, akan banyak orang yang berkesimpulan bahwa hidupnya adalah sebuah pencapaian dalam kehidupan, life goal, relationship goal dan sebagainya. Siapa sich yang tidak ingin mempunyai kehidupan seperti dia? Bahkan kalau boleh lebih tinggi atau lebih sukses daripada dia. Atau setidaknya setara dengan dia.
Waktu itu, pembicaraan itu menghasilkan kegalauan yang mendalam bagiku. Kenapa tidak? Yah pada saat itu, aku hanyalah seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta tak terkenal, dan pada saat itu aku sedang mati-matian menyelesaikan skripsiku yang judulnya ditertawai dosen karena tidak terlalu penting. Kesibukanku mencari nafkah (untuk membiayai kuliahku dan hidupku) membuat kuliah dan skripsiku sering terbengkalai. Ironis. Hahahahaha… Tapi kegalauan Itu tidak berlangsung lama. Karena beberapa detik berikutnya aku sudah lebih galau karena kopi di gelasku ternyata sudah kosong.
Setiap orang mempunyai pencapaian hidupnya masing-masing. Ada kalanya kita akan cemburu melihat pencapaian orang lain, dimana hidup orang lain tampaknya mudah saja, tanpa ada halangan yang berarti dan tiba-tiba wuzzzz dia sudah berada di atas, jauh di atas kita dan orang di sekitarnya.
Tapi apakah aku harus membuat hidupku seperti hidup orang lain. Bukankah aku juga memiliki pencapaianku sendiri? Mengapa -apakataorang- menjadi standard pencapaianku? Enggak ahh..
Setidaknya pencapaianku sampai saat ini adalah, aku sudah sampai di titik ini. Apa kata orang, ahhh itu khan karena mereka bisa berkata. Seandainya mereka tidak bisa berkata, mereka tidak akan berkata apa-apa.

IMPORT - (lagi)

>> Bang, aq tau kw sebenernya sayang banget samaku. Aqpun sebenernya sayang banget samamu. Tp bang, dlm bbrp bln kita berpacaran, aq menemukan bkn hny aq yg kw cintai di dunia ini. Aq sering merasa trsinggung ketika kw memilih utk menekuni komputer besarmu drpd membalas smsku, atw mengangkat telpku. Aq mengenalmu sbg sorg pria yang penuh imajinasi n kreatif. Tp aq gak menemukan diriku dlm imajinasimu n kreatifitasmu. Kw sering tenggelam jauh dalam duniamu, tanpa sadar bahwa aq ada di hadapanmu, menantimu hanya mengenakan bikini yang kw belikan buatku di hari ulangtahunku.  Kw udah mati rasa kayaknya bang. Kyknya kita gak bisa lanjut bang. Kita putus aja ya bang. Silakan kw capai cita-citamu n silakan aplikasikan semua imajinasi yang ada di kepalamu. Biarlah aq sendiri disini. Bye bg…
>> Dek…
>> Iy bg…
>> Kw mutusin aq yak?
>> Iy bg…
>> Knp gak bilang dek?
>> Blg ap bg?
>> Knp gak blg kw udah punya lelaki lain?
>> Hah? Mksdnya?
>> Ayolah.. Kw ngerti apa yg aq blg. Knp pura2 bingung?
>> Kw curi lihat HPku ya? Kw hack emailku ya? Kw hack tabletku ya? Kw bobol pass kompieku ya? Dasar freak kw bg! Maniac!! Stalker!! Untunglah kuputusin kw bang! Iya, aku emang udah punya lelaki lain, krn aq udah mulai curiga kw freak, maniac, n tryt aq bener! Go to hell!!
>> Wow. That’s mean, dek. Sbnrnya, aq nebak2 aja dek. Krn setauku, kw gak bisa ngomong selancar itu baik lisan maupun texting. Jd aq tebak2 aja, kemungkinan sms itu diketik oleh lelaki lain. Kalaupun lelaki lain, belum tentu itu pacar barumu. Tp tanpa kutanyakan lebih detil, kw udah jwb sendiri. Bye…

sudah seminggu, SMS ini terakhir tidak berbalas…… sodara-sodara…. Aku diputusin (lagi)….
Tapi ini bukan terutama curhatku ttg suasana hatiku. Aku hanya mau menyampaikan betapa pintarnya aku menjebak dia (atau betapa bodohnya dia sehingga bisa terjebak) sehingga ketahuan bahwa di udah punya lelaki lain.
Mungkin itu yang terbaik buatku (apakah itu yang terbaik buat dia? itu bukan urusanku… khan udah putus…) karena akhir-akhir ini lagi banyak kerjaan.
Lalu, apakah aku mencintai dia? Tentu aku cinta padanya. Seumur-umur aku blom pernah membelikan bikini buat perempuan entah itu buat nenekku, mamaku, suster kostris di gerejaku, atau buat siapapun di dunia ini. Hanya dia yang pernah kubelikan bikini. Dan itu kulakukan di hari ulang tahunnya, padahal aku gak pernah lupa untuk pura-pura tak ingat ulang tahun orang. Hanya sebatas itu aku menyatakan aku cinta padanya? Lha emang kurang apa lagi? Mau bawain bulan ke pangkuannya? Jiahhh… bisa digorok NASA aku ntar. Menyeberangi lautan demi dia? Upss… sorry… pengalamanku terakhir berenang menyeberangi kolam renang berakhir dengan mencret nonstop selama 3 hari krn kebanyakan minum air.
Trus, apa perasaanku saat diputus? Sedih.. beneran.. sedih banget….Siapapun yang meminta putus, intinya kami udah putus….
Dan dgn diluncurkannya blog ini, maka aku sudah tidak sedih lagi. Jadi, kalau ada perempuan yang mau flirting samaku, gak usah pakai jurus “Aku ingin mengobati luka di hatimu” karena itu udah gak laku.

IMPORT - Remembering Them

Udah lebih seminggu sejak alam semesta berhasil mengupgrade hidupku menjadi versi yang terbaru
Aku mengingat-ingat kembali beberapa mantan kekasihku….
Tidak terlalu banyak sich, tapi cukup spektakuler… hahahahahahaha…
Kemudian aku bertanya mengapa tak satupun di antara mereka yang jadi???
Bagaimana mungkin tak ada satupun dari mereka yang menjadi THE RIGHT WOMAN bagiku..???
Masa sich?
Atau… Jangan-jangan…
I AM NOT THE RIGHT MAN buat mereka….
Iya yakk….
Daripada focus mencari the right woman, mengapa gak focus menjadi THE RIGHT MAN?
okeh…. Mari kita focus pada BEING THE RIGHT MAN FOR SOMEONE
SEMANGATTTTT

IMPORT - Ketika Anak Membunuh Ibunya

Pada suatu hari… Kancil berjalan di tengah hutan… pretttt…….
Bukan ini….
Semalam, sepulang dari latihan yang melelahkan sejak pagi sampai malam, aku kembali ke rumah. Dalam perjalanan, aku teringat bahwa sudah cukup lama aku tidak singgah ke rumah tulangku (pamanku)… Sebenernya gak pas juga disebut sekalian pulang sih… karena untuk menuju rumah tulang itu, aku harus berganti jalur dan jarak rumah tulangku dengan rumahku bukanlah jarak yang main-main… Tapi karena udah kangen akupun dengan senang hati menyempatkan diri singgah di rumahnya.
Singkat cerita….
yahhh aku gak perlulah menyinggung bahwa aku hampir kecelakaan naik motor, dan aku juga tidak perlu menceritakan bahwa rasanya dingin banget kalau bawa motor gak pake jacket di malam hari, dan aku juga gak perlulah menceritakan kalau di titik tertentu ada gadis-gadis yang melambaikan tangan padaku, menawarkan “BARANG” dagangannya… Gak perlu yakkk…. Langsung saja ke inti cerita yakkk…
Singkat cerita….
Aku tiba di rumah tulang pukul 23.00 WIB. Seperti biasa, keluarga ini masih melek dan masih segar aja di jam segitu…. Dan akupun bergabung dalam obrolan mereka….
Setelah 30 menit,  aku masih belum berencana untuk pulang, dan bahkan berencana untuk nginep, mengingat badanku yang udah mulai remuk, dan rumahku yang jauh banget. Tapi tiba-tiba HPku bunyi…. nomor sesat, alias tak dikenal
Aku: Harrllloooo!!!! Syelamat malaaammeeh… Adya yang bisya dibantyu? *bukan karena alay, tapi emang aku sengaja menunjukkan kesan nyari berantem. Jam 23.30 WIB nelp… kambing aja udah gak sudi direcokin. Beneren lho.. aku bilang Harrrlloooo…. Nek gak percaya, pindah agama gih*
Dia: Iya pak. Saya mau nanya pak, anak saya namanya Saritem Kalashnikov(red: Nama direkayasa) belum pulang latihan koor. apa memang selarut ini yak latihannya?
Aku: *langsung mulessss….. perutku mutar… kepalaku pusing…. tapi ini semua karena semalam aku kebanyakan makan sambel* Lhaaaa…… Si Saritem Kalashnikov ini sejak sebulan yang lalu udah gak pernah latihan lho buk…*Ini dengan suaraku yang asli*
Dia: *hening entah karena apa.. mungkin karena dia tidak menyangka bahwa suaraku seteduh ini…  hoekkk!!!*
Aku: Jam berapa tadi berangkat dari rumah bukk?
Dia: Sejak dua minggu ini dia tiap hari keluar rumah dengan alasan mau konser. Dan hari ini dia berangkat jam 7 pagi.
Aku: *dasar ekor cicak!! kuping kerbau!!! kaki buaya!!! bulu landak!!! leher penyu!!! belalai gajah!!! ” Okeh ibuk…. rumah ibuk dimana? Saya hendak berkunjung malam ini.”
Dia: *memberikan alamatnya secara detail”
=== Brum brum brum……. ===
Sesampai di rumahnya, aku langsung lesu. Ternyata mereka miskin sodara sodara….. Mereka tinggal di rumah kontrakan yang kecil…. Di teras rumah ada sebuah motor butut yang mana aku yakini adalah armada transportasi utama keluarga ini. Mengapa aku lesu melihat mereka miskin? Karena menurutku, dan aku diajarkan orangtuaku suatu prinsip, KALAU MISKIN GAK USAH CARI-CARI MASALAH. MASALAH YANG ADA UDAH CUKUP MEMBUAT SUSAH. Yapppp….. suatu prinsip yang “terpaksa” muncul karena kemiskinan kami, dulu.
Sang ibu menyambut aku dengan wajah tegang dan gelisah.
Aku: “Horass… Mana bapak?”
Dia: “Ahhh itulah… sudah 8 bulan ini bapaknya pergi entah kemana dan entah kenapa.”
Aku: *bahhh.. udah miskin, broken home pulaklah keluarga ini*
Aku tidak perlu menyinggung bahwa si anak yang masih kelas 3 SMA itu udah mulai pacaran, dan bukan hanya dengan seorang lelaki, melainkan dengan beberapa lelaki. Tak perlu juga kuceritakan bahwa menurut si ibu, anak ini tak pernah membantunya mengurusin rumah. Tak perlu juga kuceritakan bahwa menurut si ibu, si anak ini punya kebiasaan, pulang sekolah, kala lapar makan, lalu masuk kamar, dan tidak keluar sampai besok pagi. Tak perlu juga kuceritakan bahwa si anak SANGAT terbiasa melawan si ibu. Tak perlu kusinggung semua itu yakkk… Aku lanjutkan aja ceritanya.
Aku: “Begini ibu, si Saritem Kalashnikov ini masih ikut acara road show kita di luar kota, yang mana ini pasti ibu tahu sudah tuntas sejak sebulan lalu. Tapi sejak itu dia tidak pernah lagi menghadiri latihan padahal kita udah mau konser sebentar lagi.”
===== Kami bercerita panjang lebar. Waktu 00.10 Si  anak tidak bisa dihubungi, karena HP mati =====
Terdengar lagu, “Cinta satu malam oohh indahnya… Cinta satu malam membuat ‘ku melayang”
Ternyata itu nada dering HP si ibu… Dia mengangkatnya, berbicara sedikit, dan keluar rumah….
Selang beberapa lama, si ibu masuk rumah lagi..
Dia: “Ito… Pulang ajalah ito…. si Saritem Kalashnikov sudah di depan rumah itu, tapi dia tidak mau masuk, karena dilihatnya kereta (sepeda motor) ito di depan. Dikenalinya rupanya kereta ito.”
Aku: “Sinih biar kujumpai dia.”
Dia: “Jangan ito… tadi dibilangnya kalau kuijinkan ito menjumpai dia dibunuhnya aku.”
Aku: *Uppsss…. Dia anakmu yang sudah membangkang dan kemudian kau tunduk sama ancamannya? Apa yang selama ini sudah kau ajarkan sama anakmu? I’m out of this*
Sepintas tampaknya si anak bandel, pembangkang… Tapi melihat situasi ini aku merasa tidak mungkin permasalah terletak HANYA pada anak. Si anak mengancam demikian khan pasti berdasarkan pengalaman, bahwa orangtuanya terbuka terhadap ancaman.
Si anak mengancam akan membunuh ibunya, menurutku karena pada prinsipnya sejak dulu dia sudah dibunuh oleh kedua orangtuanya. So, membunuh atau tidak membunuh tidak akan memberi banyak perbedaan bagi hidupnya.

IMPORT - Berhenti Memilih

Semalam seorang temen lama datang ke rumahku. Sudah lama kami tidak bertemu… dia adalah seorang temen SD. Lewat pertemuan di media sosial pesbuk kami bertemu dan kemudian pernah bertemu di dunia nyata bukan lagi sebagai dua orang bocah ingusan, tetapi sebagai dua orang lelaki dewasa, alumni atau tua… hahahahahah…. Dan semalam dia mengunjungi aku ke gubukku yang mungil. Kami ngobrol sana sini tanpa topik dan tema yang jelas… dan akhirnya pembicaraan sampai ke masalah nikah, kawin, pasangan hidup, perempuan.
Dia bertanya mengapa aku belum menikah… Aku menjawab apa adanya, “Aku belum melihat diriku sebagai lelaki yang mempunyai komitmen untuk tetap setia bersama dengan seorang perempuan.”
Tentu saja jawabanku itu kusambung dengan pertanyaan balik, supaya dia tidak bertanya lebih jauh ttg jawabanku sebelumnya. Aku tahu, jawaban yang terbaik adalah jawaban yang tidak menimbulkan pertanyaan baru. Jawaban yang barusan kuberi jelas-jelas menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru. So, untuk menghindari itu, aku bertanya balik. “Trus kao, kenapa blom nikah?”
“Blom ketemu yang pas” katanya. Tampaknya dia lupa menyambung jawabannya dengan pertanyaan balik, dan ini adalah kesempatanku untuk memanfaatkan kelupaannya.
Aku: “Emang yang pas buat kao gimana?”
Dia: “Entahlah… Aku juga bingung. Tapi kriteriaku sebenarnya gak muluk-muluk. Yang penting dia udah kerja, sayang sama ortuku, sayang samaku, gak jelek-jelek amat, dan pengertian.”
Aku: *gak muluk-muluk kepalamu!!!*  “Trus udah ketemu?”
Dia: “Kemarin sempat ketemu, hampir.. bahkan kayaknya sudah pas dengan kriteriaku. Tapi yah gitu, hubungan kami kandas.  Masih dalam tahap pedekate, kami udah bubar.”
Aku: *bahhh.. ternyata ada ya cewek yang sesuai kriterianya?* “Kenapa kandas? Kalian gak cocok?”
Dia: “Iya bah… kurang cocok kami.”
Aku: “Kurang cocok dimananya?”
Dia: “Entahlah…. Pokoknya kami kurang cocok bah.”
Aku: “Dia sesuai kriteriamu?”
Dia: “Iye. Kayaknya.”
Aku: “Kao sesuai kriterianya?”
Dia: *dahinya berkerut* “Maksudnya?”
Aku: “Iya. Dia sesuai kriteriamu. Kao sesuai kriterianya dia gak?”
Dia: “Emang bisa gitu?”
Aku: “Maksudmu?”
Dia: “Yah itu… emang perempuan punya kriteria?”
Aku: “Kambing aja gak mau makan semua jenis rumput baaaanggggggg!!!!!!”
=========================================================